Tuesday, 25 November 2008
Desa Tulung, Kampung Bonsai
Warga desa Tulung, Kecamatan Pucuk Lamongan Jawa Timur, menekuni usaha sebagai pembudidaya tanaman hias. Selain mempercantik pemandangan desa, tanaman hias yang dibudidayakan ini juga mendongkrak perekonomian warga. Desa Tulung pun kini dikenal sebagai kampung bonsai.
Jika dilihat sepintas, desa Tulung tak jauh beda desan desa-desa yang lain di Lamongan. Namun jika diamati, keadaan kampung lebih hijau dan teduh. Hal ini disebabkan masyarakat desa Tulung yang dihuni lebih dari 200 kepala keluarga ini, sehari-harinya bergelut dengan tanaman hias khususnya bonsai.
Hampir di setiap halaman rumah dan pekarangan warga, terdapat beraneka macam tanaman hias. Mulai dari palem, adenium hingga bonsai-bonsai cantik yang berharga mahal.
Entah siapa yang memulai membudidayakan tanaman hiasa ini, namun menurut Abu Bakar, salah seorang pembudidaya bonsai, desa Tulung mulai ramai dengan tanaman hias sejak tahun 70-an. Ia sendiri baru menekuni usaha budidaya bonsai sejak tiga tahun silam.
Di pekarangan Abu Bakar yang berukuran 10 kali 30 meter persegi ini, bisa dijumpai beraneka jenis dan ukuran bonsai. Mulai dari serut, wahong, beringin, hingga stigi. Bonsai-bonsai tersebut memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Mulai dari harga satu juta hingga sepuluh juta rupiah.
Bonsai yang belum jadi biasanya ia dapatkan dari Tuban, Bojonegoro dan dari Lamongan sendiri. Bonsai-bonsai bakalan tersebut kemudian ia bentuk sesuai selera dan sesuai dengan karakter pohonnya.
Menurut Abu Bakar, sejak menekuni usaha pembudidayaan bonsai ini taraf hidup warga tulung semakin terangkat. Sekarang mereka tak hanya mengandalkan hidup dari bertani saja. Kini tanaman hias khususnya bonsai, menjadi ikon bagi desa Tulung yang berjarak 20 kilo meter dari kota Lamongan. Selain bisa mengangkat perekonomian warga, bonsai dan juga tanaman hias lain yang dibudidayakan warga menjadi salah satu usaha untuk mengurangi pemanasan global.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment