Friday, 19 December 2008
Kerajinan Tenun Ikat Omzet Jutaan Rupiah Minim Tenaga Kerja
Kerajinan tenun ikat di kecamatan Maduran kabupaten Lamongan, merupakan kerajinan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Saat ini tenun ikat asal Lamongan ini 90 % diekspor ke timur tengah. Meski beromzet ratusan juta, namun sedikit masyarakat yang mau menekuninya.
Mayoritas warga desa Parengan kecamatan Maduran, pada tahun 1970 menekuni usaha warisan nenek moyang mereka ini. Saat itu tercatat lebih dari 8000 warga menekuni usaha ini. Seiring kemajuan zaman, jumlah tenaga kerja trampil justru semakin merosot. sejak tahun 2000 hingga kini, tak lebih dari 200 pekerja saja yang masih setia bekerja sebagai perajin tenun ikat.
Haji Muhammad Farkan, salah seorang perajin tenun ikat asala desa parengan mengatakan, di desanya saat ini terdapat 30 unit usaha pembuatan tenun ikat. Haji farkhan sendiri mempunyai pekerja lebih dari 225 orang, 180 diantaranya pekerja tetap.
Farkhan memulai usahanya sejak tahun 1978. Perjalanan usahanya tidaklah begitu mulus. Pada tahun 1990 misalnya, ia harus berhenti total karena perang yang melanda teluk timur tengah. Setelah perang usai ia kembali melanjutkan usahanya hingga kini.
Setiap hari, lebih dari 26.000 potong tenunan dihasilkan oleh para pekerja. Potongan-potongan tenun tersebut mulai dari yang berbahan sutra hingga fiber. Bahan baku mulai dari benang hingga alat memintal, semua didatangkan dari china dan India.
Sepotong tenun ikat dari bahan sutra, harganya mencapai 200,000 rupiah. Tenun dengan bahan mesres dihargai 75.000 rupiah hingga 100.000 rupiah. Sedangkan tenun berkualitas rendah yang terbuat dari bahan benang fiber, harganya hanya 50.000 rupiah hingga 60.000 rupiah. Semua motif yang dikerjakan bergantung pada permintaan pasar.
Tenunan warga desa Parengan ini 90 persen diekspor ke timur tengah. Sementara 10 persennya diasarkan di dalam negeri. Haji Farkhan mengaku perbulannya mendapat omzet antara 200 juta hingga 300 juta rupiah.
Meski pembuatannya terlihat sederhana, namun untuk membuat tenun ikat, dibutuhkan keterampilan dan ketekunan karena proses pembuatan tenun ini berlangsung lama. Hasil yang didapat para pekerjapun lumayan. Sehari, para pekerja bisa membawa pulang uang antara 30.000 rupiah hingga 40.000 rupiah. Namun saying, usaha yang kini mampu menembus pasar timur tengah dan beromzet ratusan juta rupiah ini semakin ditinggal para pekerjanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment