Penggalian Situs Candi di Laren

Tim arkeolog balai penelitian peninggalan purbakala (BP3) Trowulan, melakukan penggalian di sebuah situs purbakala yang diduga sebagai sebuah candi. Situs tersebut berada di tengah sawah dan berjarak satu kilo meter dari bengawan solo yang melintasi kecamatan Laren Lamongan. Situs purbakala yang diduga sebagai candi ini berada di desa siser kecamatan Laren. Bangunan tua terbuat dari batu tersebut tersusun rapi di lahan pertanian milik desa Siser yang berjarak satu kilo meter dari bengawan solo. 


 Tim arkeolog dari BP3 trowulan yang sudah melakukan penggalian selama tiga hari menemukan sebuah yoni, batu berbentuk kotak yang pada jamannya digunakan sebagai tempat pemujaan. Total ada dua Yoni di situs yang dinamai situs slumpang tersebut. Tim arkeolog melakukan penggalian dengan radius empat meter persegi dari penemuan yoni.

 Penggalian situs yang diduga candi tersebut dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak merusak bentuk aslinya. penggalian juga terganggu air yang masuk ke dalam galian. Wicaksono dwi nugroho, arkeolog BP3 Trowulan mengatakan, batu-batu yang menyusun bangunan situs tersebut tidak terdapat pahatan atau relif. Hanya garis-garis yang menghiasi bebatuan tersebut. Kami belum bisa menyimpulkan, namun kami menduga bangunan yang diduga candi ini merupakan bangunan yang usianya lebih tua dari era majah pahit” Jelasnya. 

Rencanaya proses penggalian akan dilakukan ingga sepuluh hari mendatang. Penggalian situs ditengah sawah inipun menjadi tontonan bagi warga sekitar yang penasaran dengan bangunan purbakala tersebut. Setelah empat hari penggalian, tim arkeolog belum bisa menemukan struktur tepi candi. Penggalian masih berada di sumuran candi. Supriyo,ketua tim penggalian situs mengatakan, saat ini situs semakin banyak dikunjungi warga yang penasaran dengan bentuk candi.

 “ semoga dalam waktu dekat kita bisa segera bisa mengetetahui bentuk dan fungsi bangunan serta dari jaman apa bangunan ini dibuat” ujar priyo. Selama ini ia kesulitan menentukanwaktu pembuatan candi karenja di bebatuan yang ditemukan sama sekali tidak ada relief maupun prasasti yang menunjukkan angka tahun.