Dari sekian kali gelaran sepeda santai atau fun bike di Lamongan, baru kali ini ada gelaran yang hadiah utamanya sebuah mobil. Mungkin Karena itu pula, Fun Bike Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 440 kali ini diikuti sekitar 6000 peserta yang berasal dari berbagai kabupaten/kota di Jawa dan Bali.
Jalanan di sekitar depan Pendopo Lokatantra Lamongan yang menjadi lokasi start memang terlihat dipenuhi kendaraan roda empat dari berbagai daerah. Seperti terbaca dari kode nomor kendaraan bukan hanya berkode L (Surabaya) atau W (gresik), tapi juga ada dengan kode AG, K, N bahkan B. Ketua Panitia Fun Bike HJL 440 Luluk Humam dalam keterangannya sampaikan, fun bike kali ini tidak hanya diikuti peserta dari kabupaten dan kota di Jawa Timur. Tapi juga diikuti peserta dari Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali.
“Dari Jawa Timur diantaranya diikuti peserta dari Pamekasan, Bangkalan dan Sampang. Juga ada dari Gresik, Jombang, Malang, Pacitan, Mojokerto, Sidoarjo dan Kediri. Kemudian ada juga dari Kabupaten/Kota di Jawa Tengah seperti Jepara, Pati, Ungaran, Boyolali, Solo, Temanggung, Kudus dan Sragen. Selain itu juga ada peserta dari Kabupaten Subang/Jawa Barat dan Denpasar/Bali, “ terang dia, Minggu (31/5).
Diterangkan Humam, ada dua pilihan rute fun bike. Yakni rute on road diperuntukkan bagi peserta yang ingin bersepeda dengan santai dengan medan yang mudah dilalui. Kemudian ada rute of road yang diperuntukkan bagai peserta yang menyukai medan jelajah penuh tantangan (single track). “Di rute of road ini peserta akan menyusuri hutan, waduk, jalan naik turun, terjal dan bergelombang, “ujar dia.
Dalam fun bike tersebut, setelah mengibarkan bendera start dimulainya gelaran kegiata, Bupati Lamongan Masfuk bersama Wakil Bupati Tsalits Fahami dan Sekkab Fadeli juga turut mengayuh sepeda. Anggota muspida seperti Komandan Kodim 0812 Lamongan Letkol Arh Priyanto, Ketua DPRD Makin Abbas dan Kajari Mudjiharti juga tidak ketinggalan.
Selain hadiah utama sebuah mobil, panitia juga menyediakn beberapa hadiah lainnya. Seperti dua unit sepeda motor, sepuluh unit sepeda gunung serta ratusan doorprize. Sementara di pelataran alun-alun Kota Lamongan, panitia menggelar atraksi BMX rider.
Saturday, 30 May 2009
Wednesday, 27 May 2009
Pawai Budaya HUT Lamogan ke 440
Pawai Budaya dalam perayaan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 440 tahun ini berlangsung dengan tampilan berbeda. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pawai yang mengambil start di depan Pendopo Lokatantra setempat kali ini dibuka dengan sajian drama tari kolosal yang mengambil kisah lintasan sejarah Lamongan, Rabu (27/5).
Drama tari yang dibawakan sejumlah 80 mahasiswa asal Lamongan di sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya itu mengisahkan sejarah Kabupaten Lamongan dalam tiga babak utama. Mulai dari era Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak Bintoro hingga diwisudanya Rangga Hadi sebagai Adipati pertama Lamongan.
Babak pertama mengisahkan era Kerajaan Mjapahit di Lamongan yang ditandai dengan adanya Prasasti Bululuk (sekarang Bluluk). Prasasti ini menegaskan bahwa daerah yang bernama Bululuk adalah bumi mardikan. Yakni bumi yang masyarakatnya dibebaskan dari tarikan pajak oleh Kerajaan Majapahit.
Kemudian babak kedua beralih pada masa berkembangnya agama Islam di era Kerajaan Pajang hingga Kerajaan Demak Bintoro. Pada era inilah bangsa Portugis datang untuk menjajah sehingga pecah perang melawan Kerajaan Demak Bintoro Pada babak ini para penari menggambarkannya dengan Tari Kuntulan yang kental dengan budaya Islam.
Drama tari itu kemudian ditutup dengan babak diwisudanya Rangga Hadi, pemuda asal Dusun Cancing (Ngimbang) menjadi adipati pertama Lamongan dengan dengan gelar Tumenggung Surajaya oleh Sunan Giri IV dari Mapel (Gresik). Pelantikan Rangga Hadi pada 10 Dzulhijah atau 26 Mei 1569 masehi yang bertepatan dengan Hari Idul Adha tersebut sebagai bagian dari strategi untuk menangkal masuknya Portugis.
Dalam pawai budaya yang diikuti dari 27 kecamatan di Lamongan dengan menampilkan 34 sajian budaya tersebut, Bupati Lamongan Masfuk dengan Wakil Bupati Tsalits Fahami serta Ketua DPRD Makin Abbas bersama isteri turut dalam kemeriahan itu. Mereka berpakaian lengkap ala raja dan permaisuri jawa. Sementara Sekkab Fadeli dan pejabat lainnya berpakaian adapt khas jawa timuran lengkap.
Dalam sambutannya, Masfuk sampaikan apresiasinya atas gelaran pawai budaya yang tampilkan berbagai kesenian yang bersumber dari nilai-nilai budaya lokal. Gelaran budaya seperti itu, lanjut Masfuk, penting untuk kembangnya budaya lokal seiring dengan tumbunya wisata di Lamongan. Dia berharap, budaya lokal yang ditampilkan itu mampu menarik animo generasi muda agar mampu pertahankan dan kembangkan budaya lokal Lamongan. “Dimasa mendatang saya berharap akan muncul seni-seni baru dari budaya lokal Lamongan, “ kata dia.
Drama tari yang dibawakan sejumlah 80 mahasiswa asal Lamongan di sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya itu mengisahkan sejarah Kabupaten Lamongan dalam tiga babak utama. Mulai dari era Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak Bintoro hingga diwisudanya Rangga Hadi sebagai Adipati pertama Lamongan.
Babak pertama mengisahkan era Kerajaan Mjapahit di Lamongan yang ditandai dengan adanya Prasasti Bululuk (sekarang Bluluk). Prasasti ini menegaskan bahwa daerah yang bernama Bululuk adalah bumi mardikan. Yakni bumi yang masyarakatnya dibebaskan dari tarikan pajak oleh Kerajaan Majapahit.
Kemudian babak kedua beralih pada masa berkembangnya agama Islam di era Kerajaan Pajang hingga Kerajaan Demak Bintoro. Pada era inilah bangsa Portugis datang untuk menjajah sehingga pecah perang melawan Kerajaan Demak Bintoro Pada babak ini para penari menggambarkannya dengan Tari Kuntulan yang kental dengan budaya Islam.
Drama tari itu kemudian ditutup dengan babak diwisudanya Rangga Hadi, pemuda asal Dusun Cancing (Ngimbang) menjadi adipati pertama Lamongan dengan dengan gelar Tumenggung Surajaya oleh Sunan Giri IV dari Mapel (Gresik). Pelantikan Rangga Hadi pada 10 Dzulhijah atau 26 Mei 1569 masehi yang bertepatan dengan Hari Idul Adha tersebut sebagai bagian dari strategi untuk menangkal masuknya Portugis.
Dalam pawai budaya yang diikuti dari 27 kecamatan di Lamongan dengan menampilkan 34 sajian budaya tersebut, Bupati Lamongan Masfuk dengan Wakil Bupati Tsalits Fahami serta Ketua DPRD Makin Abbas bersama isteri turut dalam kemeriahan itu. Mereka berpakaian lengkap ala raja dan permaisuri jawa. Sementara Sekkab Fadeli dan pejabat lainnya berpakaian adapt khas jawa timuran lengkap.
Dalam sambutannya, Masfuk sampaikan apresiasinya atas gelaran pawai budaya yang tampilkan berbagai kesenian yang bersumber dari nilai-nilai budaya lokal. Gelaran budaya seperti itu, lanjut Masfuk, penting untuk kembangnya budaya lokal seiring dengan tumbunya wisata di Lamongan. Dia berharap, budaya lokal yang ditampilkan itu mampu menarik animo generasi muda agar mampu pertahankan dan kembangkan budaya lokal Lamongan. “Dimasa mendatang saya berharap akan muncul seni-seni baru dari budaya lokal Lamongan, “ kata dia.
Labels:
Features
Subscribe to:
Posts (Atom)